Monday, March 14, 2011

Semakin kita hampir dengan Kematian

 
Memandang mereka seharuskan menjadikan kita menginsafi diri. Bahawa kulit yang gebu dan licin, akhirnya akan penuh dengan kedutan.
Setelah tamat kelas Time Series tengahari tadi, kaki melangkah laju menuju ke tangga. Pandangan terhenti pada sosok tubuh seorang wanita tua yang sangat cekung, sedang melunjurkan kaki sambil meneguk air di dalam botol. Di sisinya, ada bekal kari mungkin. Tiba-tiba, hati menjadi sayu... Usia yang tua begini, kebiasaannya dihabiskan bersama cucu. Tetapi, tidak untuk 'Mak Cik Cleaner' ini. Keringat membasahi dahinya. Saya memandang mak cik tua itu dan cuba melemparkan senyuman. Namun, mak cik itu tidak memandang ke arah saya. Penat mungkin. Ataupun, fikirannya menerawang ke alam yang lain. Saya meneruskan langkah untuk pulang.
Tanpa disedari, usia kita semakin menghampiri kematian. Dalam deruan nafas kita hari ini, kita sering lupa bahawa ianya hanyalah pinjaman semata-mata daripada pemiliknya, yakni ALLAH. Apabila tiba saatnya, nafas itu akan berhenti, roh akan kembali kepada Pencipta yang hakiki dan jasad pula akan menjadi mamahan tanah.
 
“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelazatan, iaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)

Mari kita hayati kisah yang dituturkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan Ibnu Majah; 
“Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik,bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).”
Adakah keraguan pada diri anda bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang mukmin yang paling sempurna keimanannya? Akan tetapi kemulian dan kesempurnaan iman beliau tidak dapat melindungi beliau dari rasa pedihnya sakaratul maut. Oleh karena itu, tatkala beliau menghadapi sakaratul maut, beliau begitu gundah. Beliau berusaha menenangkan dirinya dengan mengusap wajahnya dengan tangannya yang telah dicelupkan ke dalam bejana berisi air. Beliau mengusap wajahnya berkali-kali, sambil bersabda:

“Tiada Tuhan Yang berhak diibadahi selain Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai oleh rasa pedih.” [Riwayat Imam Bukhari]
Ya ALLAH, matikanlah kami sebagai para syuhada' dalam perjuangan agamaMu.
   
Benar, mengingati kematian akan melenyapkan segala keinginan dunia. Selama ini, kita asyik dihidangkan dengan kisah-kisah kematian manusia di sekeliling kita. Pengakhiran hidup yang pelbagai seni. Ada yang dalam baik, Husnul Khatimah, ada yang buruk, Suu'il Khatimah (Nauzubillah, moga dijauhkan). Bagaimana pula pengakhiran hidup kita? 

Sumber: http://mondokan.wordpress.com/2009/10/25/sebuah-renungan-terhadap-kematian/

No comments:

Post a Comment